Blooming Again by Nick White

Markyeon fanfic jiyeon mark

jiyeon mark markyeon GOT7 T-ara fanfic by Nick White

Genre : Romance, Comedy, fanfic

Rating: PG 16

Type : Oneshoot

Author : Nick White

Poster : Nick White

Cast : Park Jiyeon & Mark Tuan [ T-ara & GOT7 ]

Other cast : Jieun [ IU ] , Song Mino [Winner]

Markyeon Couple

Disclaimer: story by Nick Whte and the cast belong to GOD

Copyright © 2014

DON’T PLAGIAT

.

.

“Jiyeon-ie, aku pulang~” ujar bocah kecil berumur 5 tahun.

“Na-euri [artinya tuan-bahasa masa Joseon] sudah pulang,” sahut Jiyeon yang berumur 5 tahun.

“Eoh, aku capek sekali tadi di kantor aku melawan gozila, masakan aku daging,”

Mereka berdua sedang melakukan permainan rumah tangga di halaman sekolah saat istirahat. Namja itu menjadi suami Jiyeon dan Jiyeon menjadi istrinya, boneka-boneka yang ditata di tepi taplak meja adalah anak mereka. Rumah mereka hanya selebar taplak meja yang mereka gelar, perabotan rumah mereka hanya meja, cangkir plastic, piring kecil berserta garfu dan sendok.

Jiyeon berpura-pura sibuk memasak lalu menyiapkan dua piring di meja  berserta makanan yang tak terlihat hasil masakannya. Namja itu dan Jiyeon berdoa lalu pura-pura makan.

“Massta” puji si namja.

“Aku masak pakai daging gozila yang na-euri kalahkan,”

“Besok aku bertarung dengan siluman harimau,” ujar si namja dengan angkuh.

“Hati-hati na-euri jangan sampai kalah eum!”

“Tentu saja aku tdak akan kalah!” namja kecil itu tersenyum ceria begitu juga Jiyeon.

Mereka berdua bertetangga, rumah si namja ada di sebelah rumah Jiyeon, mereka juga satu sekolah. Dan mereka selalu bermain bersama, permainan yang sering mereka mainkan permainan sandiwara rumah tangga. Berangkat sekolah mereka bersama begitu juga saat pulang sekolah.

Dan hari mereka di sekolah telah usai, Jiyeon dan namja itu pulang bersama, mereka berjalan sambil bergandengan tangan. Langkah kecil mereka kuat mengantar hingga rumah.

Bulan ini musim semi, banyak bunga bermekaran bahkan cinta ikut bermekaran di musim ini. Semua cinta adalah nyata namun disaat kita muda umur 11 tahun kebawah, kebanyakan dari kita meyakini itu hanyalah cinta sesaat cinta yang biasa, bukan apa-apa. Tapi saat umur itu lah cinta paling murni tanpa pengaruh uang, harta dan status. Cinta anak kecil lebih kuat dan tulus daripada orang dewasa.

Anak kecil akan selalu ada untuk orang yang mereka sukai, mereka tidak tau apa-apa, apa itu jelek? Apa itu uang? Yang mereka tau mereka menyukai seseorang dan akan menangis jika mereka tidak mendapatkannya atau ditinggal orang yang mereka sukai.

Jiyeon dan namja itu saling menyukai satu sama lain, bukan kah lucu?

Dibalik pertemuan tak lepas dari perpisahan, namja itu dan keluarganya pindah ke luar negeri. Jiyeon dan namja itu menunggu di halaman belakang, sedangkan orang tua mereka menyiapkan barang. Mereka duduk di ayunan.

“Eotteokhe aku harus pergi” ujar si namja.

“Berapa lama kamu pergi?”

“Kata eomma sangat lama,”

“Kenapa kamu pindah~” ujar Jiyeon sedih.

“Appa pindah tempat kerjanya,”

“Appa-mu berkerja saja di rumahku,” ujar Jiyeon semangat.

“Aku sudah bilang gitu tapi tidak bisa,”

“. . . . . . .”

“  . . . . . .”

“Tempat mu jauh sekali?”

“Eoh”

“Kamu harus janji  mengirim surat untukku, eokh!”

“Eum, aku akan mengirim,”

“Jangan lupakan aku!”

“Eum!” ujarnya mantap sambil mengangguk.

“Jangan main masak-masak dengan yeoja lain!”

“Eum!”

“Saat liburan berkunjung dirumah ku!”

“Eum!”

“Janji kelingking?” Jiyeon mengajukan kelingkingnya ke arah namja itu lalu kelingking namja itu mengkait di kelingking Jiyeon.

“Janji Kelingking!”

“Nanti waktu kita dewasa seperti appa dan eomma, kau harus menikahi ku,”

“Tunggu aku, aku pasti menikahi mu,”

“Eum!”

Para orang tua selesai mempersiapkan barang, Jiyeon dan namja itu menghampiri ibu si namja yang memanggil mereka. Keluarga Jiyeon mengantarkan keluarga si  namja ke bandara dengan mobil, sesampai di sana mereka saling berpamitan.

“Jangan lupa untuk mampir ke rumahku,” ujar appa Jiyeon.

“Pasti pasti,” ucap appa si namja.

Si namja itu memberikan Jiyeon selembar kertas berukuran 4cm x 3cm, bertuliskan  . . .

‘ I like you, be my last love . . . . From: your friend

Dan keluarga si namja masuk kedalam pesawat, Jiyeon memeluk kaki ibunya menyembunyikan dirinya yang sedang menangis. Eomma menyusap lembut kepala Jiyeon dengan lembut.

“Sudah jangan menangis,”

.

.

.

.

14 tahun kemudian

“Keu’latda … keunasseo… aisshh!” umpat Jiyeon pada dirinya sendiri.

Jiyeon berjalan cepat mencari seseorang. Ini akibat Jiyeon terlambat datang ke bandara, sudah tidak ada penumpang pesawat yang keluar.

Ibunya menugaskan untuk menjemput temannya yang datang dari Amerika. Jiyeon menerima tugas ibunya, tapi yang membuatnya mengupat adalah sifatnya yang ceroboh. Jiyeon meninggalkan karton yang tertulis nama teman ibunya di Taxi bersama dompet berisi uang 5000 won, tak hanya itu, Jiyeon lupa membawa ponsel.

Ini semua karena Jiyeon keasikan berbelanja dengan Jieun, temannya, hingga lupa hari ini dia harus menjemput seseorang di bandara. Jiyeon benar-benar panik jika dia tak menemukan orang yang ia cari, hukuman menanti di rumah. Bahkan musim dingin menghukum tubuhnya, Jiyeon kedinginan dan kebingungan mencari orang yang tidak tau siapa namanya dan bagaimana rupanya, yeoja atau namja. Jiyeon sama sekali tidak tahu.

“Eotteokhe ~ “

“Pasti! pasti! pasti!” ujar Jiyeon penuh tekanan pada ucapannya.

“Uang saku-ku hwaaaa ~” Jiyeon lebih mencemaskan uang sakunya yang akan dikurangi ibunya.

“Aishhh .. aiishh!” umpatnya lagi.

Jiyeon berhenti berjalan, ia berputar dari tempat meneliti sekelilingnya. Kosong. Tidak ada penumpang yang keluar dari pesawat, yang ada hanya beberapa orang yang menunggu penebrangan selanjutnya.

“Ashh molla!” dengusnya kesal. Jiyeon pasrah jika uang sakunya akan dipotong oleh ibunya.

Jiyeon pergi meninggalkan bandara. Ia berjalan kaki menuju rumah, terpaksa. Tiba-tiba butiran salju turun dari awan untuk pertama kali di Korea, kepala Jiyeon menggadah keatas dan ternyata benar dugaannya bahwa detik ini musim dingin telah dimulai. Jiyeon memakai kaos dengan lengan pendek dan rok di atas lutut 5cm, tentu saja tubuh Jiyeon kedinginan.

“Pabo!” ia menepuk keningnya keras.

“Aku naik taksi terus pulang dibayar eomma,” dan Jiyeon menemukan jalan keluar, “tapi jam segini eomma di kantor dan tidak ada orang di rumah, aishhh, aku lupa alamat rumah. Rumah Jieun? Tapi dia sudah pulang apa belum?” dan sayangnya Jiyeon tak ingat alamat rumah barunya.

Jiyeon berhenti sambil memikirkan jalan keluar untuknya, sementara itu butiran salju menimbun di rambutnya.

“Hmnnnn . . . . “

“Eokh?” Jiyeon terkejut, tiba-tiba seseorang dari belakang menggantungkan mantel di pundaknya.

Jiyeon berbalik kebelakang, ia mendapati sepasang mata menatap lembut dan senyuman menggoda seorang namja. Namja itu membersihkan rambut Jiyeon dari salju, Jiyeon hanya tertegun. Namja itu tampan tinggi dan sepertinya ia sedang melakukan perjalanan, itu terlihat dari tas ransel yang ia bawa dan pakaian yang ia kenakan.

“Nuguseyo?” Tanya Jiyeon.

Namja itu selesai membersihkan salju di kepala Jiyeon, ia memasukan kedua tangannya di saku celananya. Namja itu tersenyum lagi.

“……..” namja itu tetap tersenyum.

Jiyeon meneliti dari ujung sepatu hingga pucuk rambut namja itu.

“Tourist?” namja itu mengangguk.

“Korean?” namja itu menggelengkan kepalanya.

“You… a country.. mnn where?” ujar Jiyeon dengan bahasa Inggris pas-pasan.

“My country?” Tanya namja itu bingung.

“Where I live?” Tanya namja itu untuk memastikan pertanyaan Jiyeon.

“Yes.. yes..” jawab Jiyeon lega karena namja itu tau yang Jiyeon maksud.

“USA,”

“Mnn who… you…” Tanya Jiyeon lagi.

“Who am I ?” namja itu membenarkan pertanyaan Jiyeon.

“Yes”

“Mark Tuan,”

“Jiyeon Park, nice to meet you,”

“Me too,”

“Mark, mnn you haveu phone … smarthphone … ?” Jiyeon berniat meminjam ponsel Mark.

“I have,” untung Mark mengerti yang dimaksud Jiyeon. Mark mengeluarkan ponselnya.

“Can I … your phone … hello hello?” maksud Jiyeon boleh dia meminjam untuk menelepon.

“Calling?” Tanya Mark untuk memastikan maksud Jiyeon lagi.

“Yes.. yes..!!” ujar Jiyeon agak heboh karena Mark mengerti maksudnya.

Mark memberikan  ponselnya pada Jiyeon, Jiyeon berjalan agak menjauh dari Mark lalu menekan nomor ponsel eomma-nya.

“Eomma, na-ya Jiyeon,”

‘Wae?’

“Eomma di mana?”

‘Eomma di rumah, wae?’

“Eomma mianhae, aku tidak menemukan teman eomma, aku sudah mencarinya ke mana-mana tapi tidak ada,” ujar Jiyeon ketakutan.

‘Oh, gwenchana . . . dia dalam perjalanan kesini,’

“Uang saku-ku selamat . . . “ gumamnya.

‘Mwo?’

“Aniya,”

‘Cepat pulang,’

“Eomma alamat rumah kita yang bar- bee bee..” tiba-tiba sambungan terputus.

“Eomma? Eomma?”

Jiyeon kembali menghubungi ternyata pulsa telah habis.

“Aisshhh waeee waeee!”

Jiyeon kembali ke Mark lalu mengembalikan ponsel.

“Are you finish?”

“Eokh, thanks you . .. “

Mark berjalan mencegah taksi yang datan. Mark melambaikan tangannya di tepi jalan sementara itu Jiyeon masih berdiri di tempat. Didalam otaknya sedang terjadi konflik, ia ingin meminjam uang Mark disisi lain ia malu karena ia sudah meminta bantu, masa lagi. Dan saat Jiyeon mendengar pintu taksi yang terbuka, mata Jiyeon membulat, Mark akan segera masuk ke dalam dan meninggalkannya sendiri.

Jiyeon berbalik dan berlari ke arah Mark, dengan cepat Jiyeon menahan pintu taksi, Mark menggadah ke atas melihat Jiyeon berdiri di dekatnya. Mark menatap Jiyeon dengan tatapan yang mengisyaratkan pertanyaan kenapa Jiyeon menggadangnya, Mark menunggu penjelasan.

“Mnn .. I need money,” ucap Jiyeon malu.

“. . . . .” Mark bengong.

“Mnn my money .. mnn in taxi …”

“ . . . . .” Mark semakin bingung.

“You give me money . . . I give you money .. mnnn tomorrow .. .  please~” Jiyeon hampir menangis.

Dia membenci sistuasi ini, sangat, malu dan marah tercampur rata. Jiyeon benar-benar ingin mati di tempat saat itu juga.

“Okay .. . “ Mark mengambil dompetnya lalu mengambil 5$, ia memberikan uang itu pada Jiyeon.

“Dollar? Not Won? [mata uang Korea]”

“No but you can go with me to the bank,”

“Go bank?” Jiyeon bingung.

“Change dollar to won, then I give you won,”

“Ah ok ok,” sekarang ia tau maksud Mark. Jiyeon masuk kedalam taksi.

“Mau kemana?” tanya supir taksi dengan bahasa Korea.

“Pe-“ ucapan Jiyeon terpotong oleh Mark.

“Pergi ke bank,” Mark menggunakan bahasa Korea.

Jiyeon sangat terkejut mulutnya menganga lebar, ia tidak percaya apa yang baru saja ia dengar, Mark berbahasa korea padahal tadi ia berusaha mati-matian bicara bahasa Inggris agar Mark mengerti. Dan kenyataanya Mark bisa berbahasa Korea! Jiyeon ingin sekali memukul wajah Mark yang berseri-seri menatap kaca, seakan tak merasa bersalah telah mepermainkan sekaligus membuat Jiyeon kesusahan.

Jiyeon menatap kaca di sebelahnya sambil menghukum dirinya sendiri, Mark berpura-pura tak mendengarnya, berusaha menahan tawa.

.

.

Jiyeon menunggu di luar bank dan beberapa menit kemudian Mark datang menghampirinya, Mark dengan wajah tak berdosanya, Jiyeon sama sekali tak suka. Jiyeon menatapnya dengan kebencian hingga Mark berdiri di depan Jiyeon, ia memberikan uang 50.000 won pada Jiyeon tapi Jiyeon melipat tangannya. Mark kebingungan. Ia tidak mengerti kenapa Jiyeon hanya diam sambil menatapnya pedas, tidak menerima uang.

“Kau bisa bahasa Korea . . “ ujar Jiyeon penuh tekanan.

“Iya,” ujarnya santai.

“Kenapa kau tidak bilang!” suara Jiyeon meninggi.

“Kau tidak tanya,” Mark menjawab dengan senyuman menyebalkan.

“Aku sudah tanya, pertama kali bertemu aku bertanya siapa kau!” Jiyeon menujuk-nunjuk Mark dengan marah.

“Aku mau jawab tapi kau bertanya lagi dengan bahasa Inggris, ya aku kira kau mau bicara dengan ku dengan bahasa Inggris.” Ujar Mark santai.

Yang dikatakan Mark barusan seluruhnya benar. Jiyeon menurunkan telunjuknya perlahan, kini Jiyeon makin malu. Dia marah pada dirinya sendiri karena membuat kesalahan besar. Jiyeon tidak ada muka di depan Mark. Mark tersenyum jail karena tingkah Jiyeon. Mark memasukan uangnya kedalam dompet.

“Mnn, aku masih boleh pinjam uang?” tanya Jiyeon pelan dan ragu-ragu.

“Kau masih mau pinjam uangku setelah menyalahkanku?” tanya Mark dengan smirk.

“Mian mian mian mian mian!! Dx …. Aku salah aku salah,” ujzr Jiyeon memelas.

“Aku memberimu uang tapi kau menghujatku, rasanya tidak benar dan tidak sepadan,” Mark menyukai situasi ini.

“Baiklah, begini saja, kau meminjami aku uang dan kau datang di sini untuk berwisata, kan? Jadi aku akan memandumu jalan-jalan di Korea, kemana pun dan di mana pun kau minta,”

“Mnn, aku sudah menyewa pemandu tapi jika dipikir-pikir bukan ide buruk,”

“. . . . . . .” Jiyeon menunggu jawaban Mark setengah mati.

“Baiklah, aku terima.” Jiyeon sangat lega mendengarnya.

“Antar aku ke tempat yang ada makanannya,” Mark mulai melangkah.

“Nde!” sahutnya ketus.

.

.

.

Dan Jiyeon membawa Mark ketempat café favoritnya, saat mereka masuk kedalam Jiyeon mendapati Jieun yang terkejut melihat kedatangannya bersama Mark. Jieun beranjak dari tempat duduknya, menanti Jiyeon datang ke arahnya. Dan setiba di tempat Mark memberikan senyuman hangat, Jieun makin tercenga.

“Dia .. . “ Jieun menunjuk Mark sambil melirik Jiyeon.

“Dia Mark, tourist” jelas Jiyeon pada Jieun.

Jieun menoleh kearah Jiyeon dan menatap Jiyeon penuh kebingungan. Mark tersenyum lagi.

“Kau . . .”

“Nanti aku cerita, aku pesan dulu, kau mau?”

“Tidak, aku sudah ,”

Jiyeon pergi ke tempat kasir, tersisa Jieun dan Mark. Usai memesan Jiyeon menuju kamar mandi lalu kembali ke tempat, ia melihat Jieun tertawa dengan Mark. Saat Jiyeon duduk perbincangan antara Mark dan Jieun terhenti. Jieun menatap Jiyeon dengan pandangan payah, Mark terseyum geli Jiyeon tidak tau apa yang membuat Jieun menatapnya begitu.

“Apa?” tanya Jiyeon.

“Dasar kau bodoh,” ucap Jieun kesal.

“Naega-wae?” tanyanya dengan tampang tak berdosa.

“Ah!” desah Jieun kasar.

“Apa?!” ujar Jiyeon kesal.

“Tidak ada!” ujar Jieun penuh penekanan, “aku pulang, sampai bertemu kembali Mark,” ujarnya dengan senyuman.

Mark mengangguk lalu memberikan senyumannya lagi, Jiyeon sama sekali tidak tau apa yang terjadi hingga Jieun pergi.

“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Jiyeon.

“Kenapa kau tertarik dengan pembicaraan kita?” tanya Mark dengan smirk jail.

“Ya, jangan salah paham! Tadi kau lihat temanku mengataiku bodoh tiba-tiba.”

“Jadi kau belum pernah dikatai bodoh?”

“Jinjja, aku benar-benar ingin memukul wajah mu yang menyebalkan,” ujar Jiyeon geregetan.

Mark terkekeh bahagia dan itu semakin membuat Jiyeon semakin geram, ia memakan cake coklatnya dengan kasar. Jiyeon benar-benar tidak suka dipermainkan.

“Setelah ini kita akan pergi Kemana?!” dengus Jiyeon kesal.

Jiyeon terus memasukan cake ke mulutnya hingga penuh membuat pipinya mengembung, coklat dari cake itu belepotan di mulutnya.  Mark yang duduk di sebelah Jiyeon melihat noda coklat di sudut bibir, tiba-tiba ia memutar badanya  dan membersihkan coklat yang ada di sudut bibir Jiyeon.

Jiyeon membeku saat Mark tiba-tiba menyentuh bibirnya, dan jarak mereka sangat dekat terlihat seperti dua sepasang kekasih yang sedang berciuman jika dilihat dari depan.  Jiyeon menatap mata Mark yang focus pada bibirnya. Lalu manik mata Mark bertemu dengan mata Jiyeon. Mereka saling bertatapan. Mark memakan noda coklat di tangannya bekas bibir Jiyeon .

Saat itu juga Jiyeon ingin meledak, ingin mendorong jauh-jauh Mark. Sangat menjijikan baginya!

Mark kembali memutar badannya menghadap ke depan memunim coffe-nya. Dan Jiyeon, ia tercenga hingga mulutnya menganga lebar. Setelah ia tersadarkan, Jiyeon menyadari jika semua orang sedang memperhatikan dirinya dan Mark. Dan mereka tak kalah terkejut. Mereka berpikir Mark dan Jiyeon baru saja berciuman.

Tiba-tiba pupil mata Jiyeon melihat sosok namja berdiri cukup jauh darinya. Jiyeon kenal namja itu, namja itu terkejut karena melihat Jiyeon berciuman dengan Mark padahal tidak sama sekali. Jiyeon makin terkejut, dari tatapan namja itu Jiyeon tau jika namja itu mengiranya berciuman. Dan paling parah namja itu adalah pacarnya.

“Song Mino~” ujar Jiyeon pelan.

“Park Jiyeon?” tanya Mino pada dirinya sendiri.

“Mwo?” tanya Mark. Mark pun menikuti arah pandangan Jiyeon.

“Mantan pacar,” ujar Jiyeon lemah. Mino mendekat ke arah Jiyeon bermaksud duduk di hadapan Jiyeon.

Lima hari lalu Jiyeon menangkap basah Mino dan Yiseul berkencan, padahal hari itu Jiyeon berencana berkencan dengan Mino tapi Mino membohongi Jiyeon. Hari berikutnya Jiyeon mendengar fakta dari Yiseul bahwa ia dengan Mino berpacaran sejak ia dan Mino jadian.

3 hari hingga sekarang Jiyeon menjahui Mino. Jiyeon mengumpulkan keberanian untuk memutuskan Mino tapi ia tidak rela. Jiyeon dilanda dilemma.

Mino duduk di depan Jiyeon. Ia menatap Jiyeon lalu Mark dan kembali ke Jiyeon.

“Apa yang kau lakukan di sini, dan dia siapa?” tanya Mino sinis.

“Di-dia-“ ujar Jiyeon terbata.

“Aku pacarnya, Mark!” Mark merangkul pundak Jiyeon dan tersenyum bangga.

Jiyeon menoleh kearah Mark, mata Jiyeon membulat lebar, Jiyeon kembali melihat Mino.

“Mwo? Kau pacarnya?!” Mino terkejut.

“Iya, dan kau siapa?” tanya Mark dengan senyum licik.

“Aku pacarnya, ada apa ini Jiyeon?!” Mino berusaha menahan emosi.

“Kau pacarnya?” tanya Mark pada Jiyeon.

“Bu-bukan, dia bukan siapa-siapa,” jawab Jiyeon tegas.

“Kapan kita putus, kau akhir-akhir ini susah dihubungi ternyata kau sudah ada yang baru,” ujar Mino pedas.

“Kita putus,” ujar Jiyeon dingin.

“Mwo?! Tidak, aku tidak mau!”

“Terserah,”

“Apa salah ku?!”

“Tanya Yiseul,”

“Yiseul?”

“Iya”

“Yiseul tidak ada apa-apa dengan ku!”

“Aku mendengarnya dari Yiseul sendiri, jangan menyangkal lagi,”

“Ya, Yiseul bohong besar,”

“Lupakan,” Jiyeon berdiri, “ayo Mark kita pergi,” Mark mengikuti dari belakang.

Mino menyegrap lengan Jiyeon lalu menarik Jiyeon hingga badan Jiyeon berbalik ke arahnya.

“Mau pergi ke mana kau, kau masih ada urusan dengan ku, ayo kita bicara,” Mino menarik Jiyeon dengan paksa.

“Lepas!” berontak Jiyeon.

Mark pun menepis tangan Mino lalu menarik Jiyeon kebelakangnya.

“Jangan paksa dia,” ujar Mark dingin.

“Jangan ikut campur,” Mino mendorong tubuh Mark, ia berusaha meraih tangan Jiyeon tapi Mark berhasil menghalanginya.

Mino meninju mata Mark, Jiyeon dengan cepat mendorong Mino berusaha melerai agar tak terjadi perkelahian.

“Cukup! Aku tidak mau bertemu dengan mu lagi! Menjauhlah dari ku!” Jiyeon menarik Mark keluar dari café.

.

.

.

Ditaman Jiyeon mengobati mata Mark bekas tinjuan Mino. Cukup kencang hingga merubah warna kulit Mark biru di sekitar mata. Jiyeon berusaha pelan mengobati Mark, tapi tetap saja Mark tak berhenti merintihkesakitan.

“AW!!”

“Tahan,”

“Awww awww appoooo!”

“Sedikit lagi selesai kalau kau tak banyak bergerak,”

“Aww aww aw aw aww~”

“Selesai,”

Jiyeon memutar badannya lalu metelakan obat, tiba-tiba Mark memegang kedua lengan Jiyeon lalu memutar balik tubuh Jiyeon menghadapnya. Dengan cepat Mark mencium bibir Jiyeon. Mark menutup matanya sedangkan mata Jiyeon membelalak.

Jiyeon dapat merasakan hidung Mark menyentuh pipinya, hangat terasa hembusan nafas Mark saat menerpa pipi Jiyeon dan dinginnya suhu bibir milik Mark. Dingin tapi lembut dan basah. Bibir Mark memenuhi celah bibir Jiyeon dan berhasil merebut suhu panas Jiyeon.

Jiyeon pun mendorong tubuh Mark saat Mark mencoba memperdalam ciumnya. Jiyeon menampar Mark hingga badan Mark tumbang.

“Mesum!”  Jiyeon meninggalkan Mark sendirian. Sementar itu Mark merintih kesakitan di tempat.

.

.

.

Mereka menggunaka bis untuk pergi ke rumah Mark, sepatah kata tak keluar dari mulut mereka karena Jiyeon masih marah terhadap perlakuan Mark tadi. Dan tamparan Jiyeon masih terasa di pipi Mark, Mark terus mengelus pipinya.

“Mianhae,” ujar Mark lemah.

Jiyeon berbalik lalu menatap tajam Mark, “Kau gila!”

“Aku tak bermaksud, lupakan, anggap saja aku tak mencium mu tadi,”

“Mwo, jelas-jelas bibir mesum mu mencium ku, kau menyuruhku melupakannya?!”

“Come on, itu bukan pertama kalinya kau berciuman dengan namja ‘kan”

“Memang bukan tapi kau saat ini berada di Korea selatan bukan Amerika, di sini no free kiss! Jangan seenak jidatmu mencium ku, kau boleh cium semua wanita di Amerika tapi tidak disini!”

“I’m sorry~”

“Jangan bicara lagi!” Jiyeon berbalik menghapap depan.

Bis pun berhenti, mereka sudah sampai tujuan. Jiyeon keluar dari bis diikuti Mark dari belakang.

“Mana alamat yang kau tuju,” ujar Jiyeon ketus. Mark memberinya alamat.

Jiyeon pun berjalan menikuti petujuk.  Mereka memasuki gang perumahan. Jalan terus lalu belok kanan lalu ke kiri lurus lagi belok kiri lagi dan lurus hingga mereka sampai tujuan. Jiyeon terkejut. Ia memeriksa lagi alamat yang ia baca berkali-kali.

“Ini rumah ku~” ujar Jiyeon pelan.

“Kenapa kita kerumah ku?” tanya Jiyeon.

Tiba-tiba pintu rumah Jiyeon terbuka, ibu Jiyeon dan Jieun menyambut mereka berdua. Senyuman hangat terpancar dari raut muka ibu Jiyeon, beliau memeluk Mark lalu menepuk punggung Mark dengan lembut. Mereka seperti sudah lama tak bertemu. Jiyeon blank seketika. Iya masih belum membaca sistuasi.

Jiyeon menjadi linglu, saat makan sambil melihat Mark dan ibunya berbicara semakin membuat Jiyeon bingung apalagi Jieun yang sangat ramah dengan Mark. Jiyeon terdiam dan hampa. Seperti ada seseuatu yang ia lewatkan tapi ia tidak tau apa itu.

“Yeon-ah kau tidak makan,” ujar ibunya lembut.

Jiyeon mangguk-mangguk, “Eomma jadi dia teman eomma?” tanya Jiyeon dengan tampang blank.

“Lho gimana sih Jiyeon, dia itu teman kamu,”

“Siapa?” tanya Jiyeon linglu.

“Ya pabo-ya! Dia Mark teman kita waktu kecil yang pindah ke Amerika, cinta pertama mu!”

“…….” Jiyeon terkejut hebat. Ia seperti tertiban batu di kepalanya.

“Kau tidak ingat, dasar kau~” celah Jieun lagi.

Flashback!

Saat Jiyeon keluar dari bandara Mark mengenali Jiyeon, Mark mengirim pesan pada ibu Jiyeon bahwa ia telah bertemu dengan Jiyeon. Mark begitu senang melihat Jiyeon. Ia memakaikan Jiyeon mantel lalu membersihkan salju yang menumpuk di kepala Jiyeon.

“Nuguseyo?” Tanya Jiyeon.

Jiyeon bertanya siapa Mark, Mark terkejut Jiyeon tak mengingatnya.

Mark terus membersihkan salju hingga taka da yang tersisa, ia memasukan kedua tangannya di saku celananya. Mark hanya bisa tersenyum lagi.

“……..” Mark memilih diam.

Jiyeon meneliti dari ujung sepatu hingga pucuk rambut Mark itu.

“Tourist?” Mark mengangguk.

“Korean?” Mark menggelengkan kepalanya.

“You… a country.. mnn where?” ujar Jiyeon dengan bahasa inggris pas-pasan. Mark ingin tertawa tapi ia tahan. Akhirnya Mark memilih diam tak memberitahu siapa dia.

Dan saat di café Jieun mengingat jelas siapa Mark. . .

Jiyeon membawa Mark ketempat café favoritnya, saat mereka masuk ke dalam Jiyeon mendapati Jieun yang terkejut melihat kedatangannya bersama Mark. Jieun beranjak dari tempat duduknya, menanti Jiyeon datang kearahnya. Dan setiba di tempat Mark memberikan senyuman hangat, Jieun makin tercenga.

“Dia .. . “ Jieun menunjuk Mark sambil melirik Jiyeon.

“Dia Mark, tourist” jelas Jiyeon pada Jieun.

Jieun menoleh kearah Jiyeon dan menatap Jiyeon penuh kebingungan. Mark tersenyum lagi.

“Kau . . .”

“Nanti aku cerita, aku pesan dulu kau mau?”

“Tidak, aku sudah ,”

Jiyeon pergi ketempat kasir, tersisa Jieun dan Mark. Dan saat Jiyeon pergi . . .

“Mark itu benar kau?” tanya Jieun.

“Iya ini aku,” ujar mar dengan senyuman.

“Dan Jiyeon kenapa dia seolah-olah tak mengenal kau?”

“Dia memang tak mengenaliku,” tawa Mark.

Dan Jieun dapat membaca sistuasi yang sedang terjadi, Jieun baru sadar jika Jiyeon memang bodoh tak menyadari siapa Mark sebenarnya.

“Wah dia memang bodoh,”

“Hahaha aku tau,” timpal Mark.

Usai memesan Jiyeon menuju kamar mandi lalu kembali ke tempat, ia melihat Jieun tertawa dengan Mark. Saat Jiyeon duduk perbincangan antara Mark dan Jieun terhenti. Jieun menatap Jiyeon dengan pandangan payah, Mark terseyum geli an Jiyeon tidak tau apa yang membuat Jieun menatapnya begitu.

“Apa?” tanya Jiyeon.

“Dasar kau bodoh,” ucap Jieun kesal.

“Naega-wae?” tanyanya dengan tampang tak berdosa.

“Ah!” desah Jieun kasar.

“Apa?!” ujar Jiyeon kesal.

“Tidak ada!” ujar Jieun penuh penekanan, “aku pulang, sampai bertemu kembali Mark,” ujarnya dengan senyuman.

Mark mengangguk lalu memberikan senyumannya lagi, Jiyeon sama sekali tidak tau apa yang terjadi hingga Jieun pergi.

“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Jiyeon.

“Kenapa kau tertarik dengan pembicaraan kita?” tanya Mark dengan smirk jail.

Flash end…

Jiyeon menatap Mark, Mark hanya tersenyum. Makan malam telah usai kunjungan Mark juga sudah berakhir untuk hari ini, Mark kembali ke rumahnya yang bersebelahan dengan rumah Jiyeon. Jiyeon menunggu Mark di luar rumahnya. Saat Mark keluar Jiyeon menghadangnya. Raut wajah Jiyeon tampak muram.

“Dasar penipu~” ujar Jiyeon sinis.

“Aku?”

“Kenapa kau tidak bilang!”

“Gimana mau bilang kau terus bertanya, ya sudah aku iya-in saja,”

“Kenapa kau di Korea,”

“Kenapa kau tanya”

“Jangan dijawab,” Jiyeon masuk kedalam rumah dengan cepat tangan Mark menyegrap lengan Jiyeon.

“Lepas,”

“Aku pindah ke Korea, karena aku sudah cukup dewasa untuk hidup sendiri di Korea, aku juga mendaftar di sekolah yang sama dengan mu,”

“Lalu,”

“Kau tidak senang? Bukan kah kita dulu kita punya janji, harusnya kau senang melihat ku,”

“Dasar orang jahat, kau mengerjaiku tidak ‘kah kau tau betapa malunya aku berbahasa Inggris, aku merasa bodoh di depan ibuku bahkan di depan temanku sendiri! Ah lupakan aku mau tidur!” Jiyeon melepas cengkraman Mark dan masuk ke  dalam rumah.


.

Pagi hari Jiyeon bangun awal, ini terjadi saat ia sedang ‘drop’  ia akan berolahraga.ia mengginakan jaket pink dan celana olahraga hitam. Ia keluar dari rumah dan Mark berdiri di hadapannya dengan senyuman cerah.

“Mwohae!” ujar Jiyeon kesal.

“Saranghae”

“Sireo!” Jiyeon berjalan meninggalkan Mark tapi Mark berusaha mengejarnya.

“Kau sudah janji,”

“Lupakan!” Jiyeon mempercepat laju.

Mark pun memeluk Jiyeon dari belakang kemudian mengangkat tubuh Jiyeon lalu berputar mengayun tubuh Jiyeon.

“Kyaaa turunkan aku!!”

“Nado saranghae hahahaha!” ujar Mark girang.

“Turunkan aku,” tawa dari mulut Jiyeon pun keluar.

Cinta yang lama hilang kini kembali berbunga dimusim dingin seperti sihir, seperti takdir yang tak pernah mengikar janji. . . .

.


.

.

Tamat

29 thoughts on “Blooming Again by Nick White

  1. Cie cie cie author nick puny wp heheheheheee ,,,udh bc komen lgi dah.
    Mark sampai mati kykny bkl cinta sm jiyi, eh jiyi mlh lp gt hrs d buat sequel jiyi cemburu berat s, tmn2 mark d luar negri

    Suka

  2. Yaampun author nick sumpah !!! Walau oneshoot trus gk panjang2 amat tp beneran selalu buat aku senyam senyum sndiri !!! Aigoo !!! Kayany ini blog khusus jiyi x boys . Dan semogaaa sejumlah bias masuk xD yah berharap yg paud2(?) iKON juga jadi cast di blog kamu !! Yayayayayayaaaaa xD

    Suka

  3. Ping balik: Jiyeon & GOT7 fanfic | Author Nick White

  4. gila ini ngakak banget xD wkwk apalagi pas jiyeon ngomong bahasa inggris itu =))
    idih mark jail banget lagi ya 😀
    aaaaaaaa suka banget ini sama ceritanya 😀
    bikin lagi yg kae gini kak yg ngakak cast juga kalo bisa sih yg ini lagi 😀 kekeke

    Suka

  5. slm knl author sma reders bru nich…. 😀
    hahahaha….. sumpah itu jiyeon bikin ngakak bgt di sni polos & bodoh’y dia sampai2 cinta pertama’y saat kecil sampai lupa. beda dgn mark yg selalu ingat dgn jiyeon sampai dewasa sampai2 dia kembali ke korea demi jiyeon. ^^
    wah ini bnr2 nice ff keren bgt cerita’y meski hanya oneshoot tpi menarik aku suka author. ^^
    blh ijin bca ff yg lain’y kan author???

    Suka

Tinggalkan komentar